Selasa, 25 Januari 2011

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENGEMBANGAN JAGUNG DI INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman yang masih muda dapat digunakan untuk pakan ternak, yang tua (setelah dipanen) dapat digunakan untuk pupuk hijau atau kompos. Saat ini cukup banyak yang memanfaatkan
batang jagung untuk kertas. Harganya cukup menarik seiring dengan kenaikan harga bahan baku kertas berupa pulp. Buah jagung yang masih muda banyak digunakan sebagai sayuran, perkedel, bakwan, dan sebagainya. Kegunaan lain dari jagung adalah sebagai pakan ternak, bahan baku farmasi, dextrin, perekat, tekstil, minyak goreng, dan etanol.
Permintaan jagung meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan industri. Di samping itu, kelangkaan bahan bakar minyak dari fosil mendorong berbagai negara mencari energi alternatif dari bahan bakar nabati (biofuel), di antaranya jagung untuk dijadikan bioetanol sebagai substitusi premium. Hal ini mengakibatkan permintaan akan jagung semakin meningkat, sulit didapat dan mahal harganya, karena pengekspor jagung terbesar di dunia seperti Amerika Serikat telah mengurangi ekspornya karena kebutuhan dalam negerinya semakin meningkat, di antaranya untuk industri bioetanol. Cina juga telah mengurangi ekspornya guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri dalam negerinya.
 Beberapa permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan jagung di antaranya adalah fluktuasi produksi dan harga, penanganan pascapanen pada saat panen raya dan alsin prossesing dan pengolahannya (dryer dan corn sheller) termasuk silo, masih terbatas sehingga berpengaruh terhadap kualitas hasil, terbatasnya modal usahatani, dan kemitraan usaha belum berkembang.





BAB II
PEMBAHASAN

1.                  KONDISI AGRIBISNIS JAGUNG
A.     Perkembangan Produksi Jagung
Luas panen jagung dalam kurun waktu 1968-2007 mengalami fluktuasi, dengan peningkatan rata-rata 1,85% per tahun. Pada tahun 2007, berdasarkan angka ramalan (ARAM) III, luas panen jagung 3.619.411 ha dengan produksi sebesar 13.279.794 t pipilan kering. Produksi jagung selama kurun waktu tersebut menunjukkan tren yang meningkat dengan laju 5,16% per tahun. Produktivitas jagung pada tahun 2007 rata-rata 3,67 t/ha pipilan kering, meningkat dengan laju 3,70% per tahun (Tabel 1). Peningkatan produktivitas tersebut terkait dengan pengembangan varietas jagung hibrida, peningkatan intensitas pertanaman, dan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Pertanaman jagung pada musim hujan (Oktober-Maret) lebih luas daripada musim kemarau (April-September).
B.  Perkembangan Harga Jagung
Harga jagung di tingkat produsen dalam periode 1995-2007 terus meningkat dengan laju 16,6% per tahun. Pada tahun 1995 harga jagung di tingkat produsen Rp 394/kg, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 1.802/kg.Harga jagung di tingkat konsumen/harga eceran selama kurun waktu 1995-2007 mengalami peningkatan dengan laju 17,07% per tahun. Pada tahun 1995 harga jagung di tingkat konsumen Rp 507 per kg dan pada tahun 2007 (sampai Agustus) telah mencapai Rp 2.885/kg.
C.  Konsumsi Jagung
Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang dapat dikonsumsi
secara langsung maupun dalam bentuk olahan. Kegunaan lain dari jagung adalah untuk pakan ternak, bahan baku industri bir, farmasi, dextrin, perekat, tekstil, minyak goreng, dan etanol. Dalam periode 1989-2002 telah terjadi pergeseran penggunaan jagung tetapi masih dominan untuk konsumsi langsung. Setelah tahun 2002, penggunaan jagung lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan industri pakan. Penggunaan jagung untuk industri pangan juga terus meningkat.

2.         PERMASALAHAN
Beberapa masalah yang dijumpai dalam pengembangan jagung antara lain:
1. Produksi tidak merata setiap bulannya, sehingga pada waktu tertentu pabrik pakan kekurangan bahan baku jagung.
2. Lemahnya permodalan petani, terutama untuk penyediaan sarana produksi pertanian dan pada waktu tertentu beberapa sarana itu sulit diperoleh.
3. Produksi jagung sebagian besar dihasilkan pada musim hujan, sedangkan alat pengering dan gudang sangat terbatas, menyebabkan banyak produksi jagung yang mengalami kerusakan.
4. Belum adanya jaminan harga pada saat panen raya.
5. Lemahnya kelembagaan petani jagung, sehingga harga ditentukan oleh konsumen, tengkulak, dan pengumpul.
6. Masih terbatasnya benih hibrida di tingkat petani merupakan salah satu
masalah dalam upaya percepatan peningkatan produksi

3.         KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI
A.  Kebijakan
Kebijakan pembangunan tanaman pangan dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan petani dilakukan melalui lima upaya yang disebut Panca Yasa, yaitu:
a ) Perbaikan infrastruktur pertanian, meliputi pembangunan, rehabilitasi, dan pemeliharaan jaringan irigasi, jalan usahatani dan lain lain.
b ) Pengembangan kelembagaan pertanian yaitu revitalisasi kelompok tani, gapoktan, asosiasi petani, P3A, dan koperasi.
c ) Penyuluhan dan aplikasi teknologi, meliputi pemberdayaan penyuluh, rekruitmen tenaga penyuluh, kelembagaan penyuluhan, dan lain lain.
d ) Permodalan prtanian yaitu penjaminan pinjaman, subsidi bunga, KKP, SP3, BLMKIP, dan lain lain.
e ) Pemasaran Hasil Pertanian meliputi penetapan harga pembelian pemerintah (HPP), peningkatan mutu hasil, dan lain lain.
disamping itu diatas implikasi kebijakan pemerintah dalam pengembangan jagung antara lain sebagai berikut:
1. Pengembangan usahatani jagung dalam rangka menyikapi iklim globalisasi ekonomi, sebaiknya diarahkan kepada daerah-daerah potensial yang memiliki keunggulan komparatif lebih baik, guna dapat mengurangi ketergantungan impor jagung Indonesia. Upaya tersebut bisa dilakukan melalui kemitraan usaha yang progresif dan terbuka, atau melalui suplai pasokan bibit jagung unggul hibrida dan pupuk dengan harga yang 16 terjangkau petani.
2. Perlu adanya terobosan baru dalam instrumen kebijakan pemerintah dan mekanisme pasar input/output, sehingga mampu memecahkan dualisme struktur ekonomi yang lebih berpihak kepada petani. Dengan begitu, diharapkan petani jagung akan lebih bergairah untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahanya, sehingga restriksi pemiskinan petani dapat dicegah. Hal ini dapat diupayakan melalui sistem pasar yang adil dan terbuka dengan sistem kontrol yang ketat dari pihak pemerintah.
3. Perlu adanya rangsangan iklim usaha yang kondusif bagi investor untuk bergerak dalam agroindustri jagung sehingga diharapkan akan mampu membangun kepastian pasar bagi petani produsen dan ketersediaan produksi bagi konsumen jagung. Hal ini dapat dilakukan dengan penyempurnaan sarana dan prasarana, imprastruktur dan supra struktur yang reformatif, efektif dan efisien.
B  Strategi
·        Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas dicapai melalui perbaikan mutu benih (penggantian varietas komposit ke hibrida dan komposit unggul), pemupukan berimbang, pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT), pengairan dan penggunan alsintan untuk menekan kehilangan hasil pada saat panen.
·        Perluasan Areal
Perluasan areal tanam diutamakan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan di samping pembukaan lahan baru, pemanfaatan lahan perkebunan dan kehutanan, lahan-lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan tidur. Perbaikan lahan irigasi, pembuatan embung, sumur resapan, dan pompanisasi diperlukan pula dalam kaitannya dengan perluasan areal tanam.
·        Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi diupayakan melalui pengendalian OPT, dampak perubahan iklim, pengurangan kehilangan hasil, dan peningkatan mutu melaui perbaikan teknologi panen dan pascapanen.
·        Kelembagaan dan Pembiayaan
Pengembangan jagung diupayakan pula melalui pemberdayaan kelembagaan yang meliputi kelompok tani, gabungan kelompok tani (Gapoktan), koperasi tani (Koptan), asosiasi petani, LSM, KTNA, UPJA, kios saprodi, pelayanan, penyuluhan, perbenihan, dan perlindungan tanaman. Pembiayaan pengembangan jagung antara lain bersumber dari KKP, LM3, SP3, BLMKIP, LUEP, dan kemitraan.
·        Dukungan teknologi
Dukungan teknologi dibutuhkan untuk membuat sistem usaha tani menjadi lebih efektif dan efisien serta berdaya hasil tinggi dan disamping juga dilakukan mitra usaha dan inovasi teknologi. Mitra usaha dibutuhkan untuk menampung hasil dengan harga yang kompetitif, dan menyediakan sarana produksi dengan harga terjangkau dan tersedia saat dibutuhkan. Inovasi teknologi ditekankan pada penerapan teknologi secara maksimal seperti penggunaan bibit hibrida.
·        Pendekatan partisipatif
pendekatan partisipatif ditujukan agar masyarakat dapat ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan atau secara aktif melakukan pemahaman tentang kondisi kehidupan mereka sehingga tercipta rencana dan tindakan yang berhasil guna.





4.        LANGKAH OPERASIONAL
A.  Peningkatan Produktivitas
Dalam upaya peningkatan poduksi, pijakan utama yang digunakan dalam program pengembangan jagung adalah tingkat produktivitas yang telah dicapai saat ini. Pada daerah-daerah yang telah memiliki produktivitas tinggi (> 6,0 t/ha), programnya adalah pemantapan produktivitas. Untuk meningkatkan produksi di daerah yang tingkat produktivitasnya masih rendah (< 5,0 t/ha), diprogramkan pergeseran penggunaan jagung ke jenis hibrida dan komposit unggul dengan menggunakan benih berkualitas.
Setiap tahun diharapkan adanya peningkatan penggunaan benih hibrida 5%. Untuk jagung komposit lokal diharapkan adanya penurunan luas tanam yang sebanding dengan peningkatan luas tanam jagung hibrida.
Dalam program pergeseran penggunaan jenis, varietas, dan benih bermutu tersebut diperlukan kegiatan seperti: (a) perbaikan sistem produksi dan distribusi benih berkualitas jagung hibrida dan komposit unggul, (b) pembentukan penangkar benih berbasis komunal di pedesaan, dan (c) penerapan PTT.
B.  Perluasan Areal Tanam
Perluasan areal tanam diarahkan ke luar Jawa yang memiliki potensi cukup luas melalui pemanfaatan lahan sawah selama musim kemarau yang tidak ditanami padi, serta mengoptimalkan dan penambahan luas baku lahan kering.
Dalam memanfaatkan lahan sawah setelah pertanaman padi (biasanya musim kemarau) akan diarahkan pada lahan beririgasi, baik yang bersumber dari air permukaan maupun air tanah. Untuk memanfaatkan air tanah direncanakan pembuatan sumur dan penyediaan pompa. Dalam pemanfaatan lahan kering, untuk penetapan areal perlu dilakukan pewilayahan komoditas agar tidak terjadi tumpang tindih penggunaan lahan dengan komoditas lain. Agar proses produksi jagung pada lahan kering berkelanjutan, maka aspek konservasi lahan perlu mendapat perhatian.



C.  Pengamanan Produksi
Pengaman produksi dimaksudkan untuk mengatasi gangguan OPT, dampak fenomena iklim, pengamanan kualitas produksi dan kehilangan hasil akibat penanganan panen dan pascapanen yang kurang benar.
Gangguan OPT dapat diatasi dengan menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu dengan menerapkan berbagai cara pengendalian menjadi satu kesatuan pengendalian yang kompatibel, sehingga OPT tidak menimbulkan kerugian. Pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida dilaksanakan dengan pemantauan residu pestisida, penggunaan pestisida secara bijaksana, dan pengembangan penerapan agen hayati. Pengamanan hasil dari dampak fenomena iklim dilakukan dengan memperkuat antisipasi agar kerusakan tanaman dapat ditekan seminimal mungkin. Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil dilakukan dengan menerapkan teknologi panen dan pascapanen yang baik.
D.  Kelembagaan dan Pembiayaan
·        Kelembagaan
Dalam rangka pengembangan agribisnis jagung ke depan diperlukan penguatan kelembagaan, baik kelembagaan petani maupun kelembagaan usaha dan pemerintah agar dapat berfungsi sesuai dengan peranan masingmasing. Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkan kepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang di masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dalam menggerakkan dan mendorong untuk tumbuh dan berkembang melalui program yang telah dirancang. Kelembagaan pertanian antara lain penyuluhan (BPP), kelompok tani, Gapoktan, Koptan, penangkar benih, pengusaha benih, kios pertanian, KUD, pasar desa, pedagang, asosiasi petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, P3A, UPJA, dan lain-lain diberdayakan seoptimal mungkin untuk mendukung pengembangan agribisnis jagung.




·        Pembiayaan
Untuk mempercepat pengembangan jagung maka pendanaan kegiatan dapat berasal dari:
Ø      Melalui bantuan benih jagung hibrida, baik yang berasal dari APBN maupun sumber-sumber dana lainnya.
Ø      Pengadaan sarana produksi berupa pupuk dan dana untuk pembinaan berasal dari dana APBN (dana tugas pembantuan) dengan pola Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).
Ø      Untuk pendampingan/pengawalan teknologi diperoleh dari dana dekonsentrasi, bila tidak memungkinkan diupayakan dari dana APBD I atau APBD II.
Ø      Fasilitas kredit pertanian (KKP, SP3, BLM-KIP, dan lain-lain).
Ø      Pendanaan lainnya dalam pelaksanaan program dapat melalui kerja sama dengan pola kemitraan dengan stakeholder.

















BAB III
KESIMPULAN

  • Luas panen jagung dalam kurun waktu 1968-2007 mengalami fluktuasi, dengan peningkatan rata-rata 1,85% per tahun. Pada tahun 2007, berdasarkan angka ramalan (ARAM) III, luas panen jagung 3.619.411 ha dengan produksi sebesar 13.279.794 t pipilan kering
  • Kebijakan pemerintah tentang pengembangan jagung antara lain:
a) Perbaikan infrastruktur pertanian, meliputi pembangunan, rehabilitasi, dan pemeliharaan jaringan irigasi, jalan usahatani dan lain lain.
b) Pengembangan kelembagaan pertanian yaitu revitalisasi kelompok tani, gapoktan, asosiasi petani, P3A, dan koperasi.
c) Penyuluhan dan aplikasi teknologi, meliputi pemberdayaan penyuluh, rekruitmen tenaga penyuluh, kelembagaan penyuluhan, dan lain lain.
·    Strategi pemerintah tentang pengembangan jagung antara lain:
a)                  Meningkatkan produktivitas jagung
b)      Perluasan areal tanam diutamakan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan
c)      Pengamanan produksi diupayakan melalui pengendalian OPT
d)      Inovasi teknologi ditekankan pada penerapan teknologi secara maksimal seperti penggunaan bibit hibrida,dll



jawaban tugas akmen


JAWABAN LP-21
1)      Penggerak aktivitas adalah cara mengukur permintaan aktivitas oleh objek biaya dan digunakan untuk membebankan biaya akivitas ke objek biaya. Biaya aktivitas dapat dibebankan keobjek yang mengkonsumsi aktivitas dengan menggunakan penggerak aktivitas.
2)      a.  Menyiapkan peralatan   
b.  Jumlah Pemindahan
c. Menggerinda komponen
d. Jumlah Pesanan Pengiriman
e. Memperbaiki peralatan
f. Memeriksa komponen yang masuk
g. Jumlah Pesanan Pembelian
h. Mengelas subperakitan.

JAWABAN L2-8
Hayward Company, perusahaan Manufaktur, menyediakan informasi beikut yang berasal dari cacatan akuntansi tahun 1998:
Biaya tenaga kerja langsung
$10.500
pemebelian bahan baku
15.000
perlengkapan yang digunakan
675
Asuransi pabrik
350
Pembayaran komisi
2.500
Supervisi pabrik
2.225
Iklan
800
penanganan bahan
3.745
Persediaan barang dalam proses, 31Desember 1997
12.500
Persediaan barang dalam proses, 31 Desember 1998
14.250
Persediaan bahan, 31 Desember 1997
3.475
Persediaan bahan, 31 Desember 1998
9.500
Persediaan bahan barang jadi, 31 Desember 1997
6.685
Persediaan barang jadi, 31 Desember 1998
4.250




LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
TAHUN 1997 – TAHUN 1998
Bahan langsung :
            Persediaan bahan awal                          = $ 3.475
            Pembelian bahan baku                          =  15.000
Persediaan bahan akhir                         = ( 9.500)
Bahan langsung yang terpakai        = $ 8.975
Biaya Tenaga Kerja langsung            = $ 10.500
Biaya Overhead
Penanganan bahan                                = $ 3.745
Perlengkapan yang digunakan   =      675
Asuransi Pabrik                                    =      350
Supervise Pabrik                                  =   2.225
Total biaya Overhead                                       =    6995
Total biaya manufaktur                          = $ 26.470
Barang dalam proses awal                                = 12.500
Total biaya produksi                                         = $ 38.970
Barang dalam proses akhir                                = (14.250)
Harga Pokok Produksi                                  = $ 24.720

LAPORAN HARGA POKOK PENJUALAN
TAHUN 1997 – TAHUN 1998

Harga pokok penjualan :
Persediaan awal barang jadi                              = $6.685
Harga pokok produksi                                      = 24.720
Barang yang tersedia untuk dijual          = 31.405
Persediaan akhir barang jadi                             = (4.250)
Harga pokok penjualan                                 = $ 27.155





Jawaban S2-3 identifikasi biaya.
1.      Marcus Amstrong, manajer Timmins Optical, mengestimasi bahwa total biaya plastic,     gaji teknisi yang membuat lensa dan overhead adalah $30 per pasang lensa single vision.
biaya Produk
2.      Linda sulit memutuskan apakah akan kembali ke sekolah atau tidak. Ia mempertimbangkan gaji tinggi yang akan dia lepas selama 4 tahun mendatang.
biaya Oppurtunitas
3.      Randy Harris adalah manajer gudang barang jadi pada perusahaan manufaktur berukuran sedang. Ia dibayar $90.000 per tahun. Ketika mempelajari laporan keuangan yang disediakan oleh sebuah kantor akuntan public lokal, ia bertanya-tanya bagaimana gajinya diperlakukan.
biaya Penjualan
4.      Jamie young bertanggung jawab terhadap departemen hokum perusahaan. Gajinya adalah $95.000 per tahun. Ia melapor kepada CEO perusahaan.
Biaya Administratif
5.      Semua biaya pabrik yang tidak diklasifikasikan sebagai bahan langsung atau tenaga kerja langsung.
biaya overhead.
6.      Gary Sorenson sedang mencoba mengurangi biaya aktivitas penanganan bahan. Dia menemukan bahwa biaya penanganan bahan naik seiring dengan proporsi jumlah pemindahan yang dilakukan. Karena itu, dia memulai sesuatu penelitian untuk melihat apakah operasi manufaktur dapat dirancang ulang guna mengurangi jumlah perpindahan.
Biaya Variable
7.      Produk baru membutuhkan permesinan , perakitan, dan pengecatan. Insinyur perancangan meminta kepada departemen akuntansi untuk mengestimasi biaya tenaga kerja setiap operasi tersebut. Insinyur tersebut memberikan estimasi jam tenaga kerja untuk masing-masing operasi.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
8.      Setelah mendapatkan estimasi biaya tenaga kerja langsung, insinyur perancangan mengestimasi biaya bahan yang akan digunakan untuk produk baru.
Biaya Bahan Langsung
9.      Insinyur perancangan menjumlahkan biaya bahan dan tenaga kerja langsung untuk produk baru.
biaya Utama
10.  Insinyur perancangan juga mengestimasi biaya mengkonversi bahan baku menjadi bentuk akhir.
Biaya Konversi
11.  Pada perjanjian sewa menyewa mobil perusahaan mengharuskan pembayaran sebesar $200 per bulan ditambah $0,20 per mil yang ditempuh. Tidak ada denda atas kelebihan pemakaian. Namun  pada akhir perjanjian mobil dikembalikan kepada pihak yang menyewakan.
Biaya Campuran
12.  Auditor menunjukkan bahwa penyusutan pesawat jet perusahaan keliru dibebankan kepersediaan barang jadi ( pesawat jet terutama digunakan untuk menerbangkan CEO dan Staf lainnya ke berbagai lokasi perusahaan). Karena itu, beban penyusutan direalokasi pada laporan laba rugi.
Biaya Periode
13.  Gaji Direktur radiologi tidak berubah walaupun jumlah penggunaan sinar X berubah.
Biaya Variabel

Resume Desentralisasi: Akuntansi Pertanggungjawaban, Evaluasi Kerja Dan Harga Transfer


AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN
Akuntansi Pertanggung Jawaban adalah suatu system yang mengukur hasil-hasil dari pusat pertanggung jawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang di proyeksikan.pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu. ada empat jenis pusat pertanggung jawaban yaitu :
1.      Pusat biaya ( cost center ) merupakan suatu pusat pertanggung jawaban yang manajernya bertanggung jawab hanya terhadap biaya.
2.      Pusat pendapatan ( revenue center ) merupakan suatu pusat pertanggung jawaban yang manajernya bertanggung jawab hanya terhadap penjualan.
3.      Pusat laba ( profit center )merupakan suatu pusat pertanggung jawaban yang manajernya bertanggung jawab terhadap pendapatan maupun biaya.
4.      Pusat investasi ( investment center ) merupakan suatu pusat pertanggung jawaban yang manajernya bertanggung jawab terhadap pendapatan, biaya, dan investasi.
Informasi adalah penting untuk para  manajer yang bertanggungjawab terhadap hasil.sedangkan akuntabilitas secara tidak langsung mencerminkan pengukuran kinerja, yang berarti bahwa hasil actual dibandingkan dengan hasil yang diperkirakan atau dianggarkan.
DESENTRALIASI
Desentralisasi merupakan praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah.terdapat banyak alas an dibalik keputusan perusahaan melakukan desentralisasi yaitu:
1)      kemudahan terhadap pengumpulan dan pemanfaatan informasi local;
2)      focus manajemen pusat;
3)      melatih dan memotivasi para manajer segmen; dan
4)      meningkatkan daya saing, terbukanya segmen-segmen kepada berbagai kekuatan pasar.
Perusahaan melakukan desentralisasi karena para manajer local mampu membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi local.manajer local juga mampu memberikan tanggapan yang tepat waktu untuk kondisi-kondisi yang berubah. Selain itu desentralisasi untuk perusahaan besar di perlukan karena keterbatasan kognitif  sesuatu yang tidak mungkin bagi siapa saja untuk memahami secara utuh setiap pasar dan produk. Alas an lain adalah sebagai wadah untuk melatih dan memotivasi manajer local, dan membebaskan manajemen puncak dari masalah-masalah operasi sehari-hari sehingga mereka dapat menggunakan waktunya untuk memikirkan hal-hal yang bersifat jangka panjang, seperti perencanaaan strategis.
Desentralisasi biasanya diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang disebut divisi.satu cara pembedaan divisi adalah berdasarkan jenis barang atau jas yang diproduksi dan juga dengan cara berdasarkan jenis pertnggungjawaban: pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.
PENGUKURAN KINERJA PUSAT INVESTASI
    Divisi yang menjadi pusat investasi memiliki laporan laba-rugi dan neraca sendiri.pengembalian atas investasi (ROI) adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi.ROI di dfinisikan sebagai berikut:
                        ROI=   laba operasi
                                    Aktiva operasi rata-rata
                        Laba operasi adalah laba sebelum bunga dan pajak
Aktiva operasi adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung,dan peralatan.
ROI adalah rasio laba operasi terhadap aktiva operasi rata-rata. Rasio ini dapat di pecah ke dalam dua komponen; marjin ( Rasio laba operasi terhadap penjualan ) dan perputaran ( Rasio penjualan terhadap aktiva operasi rata-rata ).Laba residu adalah selisih antara laba operasi dan syarat pengembalian dolar minimal dalam aktiva operasi perusahaan.
ROI adalah ukuran kinerja manajer yang paling lazim pada unit-unit desentralisasi. ROI mendorong manajer untuk memberi perhatian pada perbaikan profitabilitas divisinya melalui peningkatan penjualan, pengendalian biaya, dan pemanfaatan aktiva secara efisien.Sayangnya ukuran kinerja dapat juga mengakibatkan manajer meningkatkan ROI dengan mengorbankan manfaat jangka panjang demi manfaat jangka pendek ( misalnya manajer terdorong untuk mengabaikan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan namun menekan ROI divisional ).

            Keunggulan ROI yaitu:
1)      mendorong manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban, investasi, sebagaimana diharapkan dari seorang manajer pusat investasi;
2)      mendorong manajer memfokuskan pada eisiensi;dan
3)      mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi.
kelemahannya dari ROI adalah;
1)      ROI mengakibatkan munclnya perhatian kepada profitabilitas divisional yang sempit atas beban profitabilitas keseluruhan perusahaan;dan
2)      ROI mendorong para manajer untuk memperhatikan kepentingan jangka pendek atas beban jangka panjang.
Laba residu merupakan suatu ukuran kinerja alternative yang mengatasi kecenderungan manajer mengabaikan investasi yang menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Sayangnya laba residu juga dapat memancing perilaku manajerial yang menyimpang. Karena merupakan ukuran yang di nyatakan secara absolute, laba residu sulit memanfaatkan sebagai alat perbandingan antardivisional.
Pengukuran Dan Penghargaan Kinerja Manajer
Terdapat tiga alasan mengapa manajer tidak bekerja dengan kemampuan terbaiknya:
1.      manajer mungkin kurang memiliki kemampuan;
2.      manajer mungkin lebih suka bekerja kurang dari yang dibutuhkan;dan
3.      manajer mungkin hany bekerja untuk memanfaatkan perkuisit (jenis tunjangan tambahan yang diterima seorang manajer,besar perkuisit biasanya ekuivalen dengan/atau diatas gaji mereka).
Tujuan kompensasi manajemen biasanya meliputi berbagai insentif yang berkaitan dengan kinerja. Sasarannya adalah untuk menciptakan kesesuaian tujuan sehingga manajer akan menunjukkan kerja terbaiknya bagi peusahaan.
Opsi saham adalah suatu hak untuk membeli sejumlah tertentu saham perusahaan, dengan harga tertentu dan dalam periode tertentu. Saham adalah bukti kepemilikan perusahaan.Perusahaan yang desentralisasi mampu menghasilkan . kesesuain tujuan dengan menciptakan program kompensasi manajemen yang menghargai manajer yang bertindak demi keuntungan perusahaan. System penghargaan yang mungkin meliputi kompensasi kas, opsi saham, dan tunjangan nonkas.
Penetapan Harga Transver
    Nilai barang yang ditransfer merupakan laba bagi divisi yang mengirim (penjual) dan biaya bagi divisi yang menerima( pembeli ). Nilai ini atau harga internal disebut harga transfer.penetapan harga transfer mempengaruhi divisi-divisi yang melakukan transfer dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini terlihat nyata pada dampak yang ditimbulkannya terhadap:
1.      Ukuran-ukran kinerja divisional,
2.      Laba perusahaan, dan
3.      Otonomi divisional.harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer mempengaruhi pos biaya divisi pembeli dan pos laba divisi penjual.
            Meskipun harga transfer actual merupakan jarring pengaman bagi perusahaan secara keseluruhan, penetapan harga transfer ternyata mampu mempengaruhi tingkat laba perusahan dalam dua cara:
1)      Bila transfer mempengaruhi perilaku divisional
2)      Bila transfer mempengaruhi pajak penghasilan
Selain itu harga transfer juga dapat mempengaruhi pajak penghasilan korporasi secara keseluruhan. Karena keputusan penetapan harga transfer dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan ecara keseluruhan, manajemen puncak sering tegoda untuk mencampuri dan mendikte harga transfer yang mereka kehedaki.
System penetapan harga transfer harus mampu memenuhi tiga sasaran:
1)      Akurasi evaluasi kerja berarti bahwa tidak satupun manajer divisional akn memperoleh manfaat atas beban manajer divisional lain ( dalam arti bahwa satu divisiberoperasi lebih baik sementara divisi lain lebih buruk )
2)      Kesesuaian tujuan berarti bahwa para manajer divisional bertindak dalam rangka memaksimalkan laba perusahaan secara keseluruhan
3)      Pemeliharaan otonomi berarti bahwa manajemen pusat tidak boleh mencampuri kemandirian manajer divisional dal membuat keputusan .
Masalah dari penetapan harga transfer yaitu masalah yang berkaitan dengan upaya menciptakan system yang simultan memenuhi ketiga sasaran diatas.
Harga yang memenuhi kondisi terendah dan tertinggi tersebut dapat disamakan dengan biaya opportunitas transfer internal. Harga tersebut diciptakan bagi masing-masing divisi sebagai berikut:
1)      Harga transfer minimum ( minimum transfer price ) adalah harga transfer yang akan membuat divisi penjual tidak menjadi leih buruk apabila barang dijual kepada divisi internal daripada dijual kepaa ihak luar.
2)      Harga transfer maksimum ( maximumtrasfer price ) adalah harga transfer yang akan membuat divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk apabila suatu input dibeli dari divisi internal
Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menghasilkan produk yang di gunakan dalam proses produksi divisi lain, timbul proses penetapan harga transver. Harga transver merupakan laba bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli, sehingga harga yang di kenakan terhadap barang antara tersebut mempengaruhi laba operasi kedua divisi. Karena kedua divisi di evaluasi menurut profitabilitasnya, harga yang di kenakan terhadap barang antara dapat menjadi masalah yang sangat serius.
Tiga metode yang lazim di gunakan dalam penetapan harga transver yaitu:
1.      berdasarkan pasar, Harga pasar adalah harga terbaik apabila barang antara di produksi dalam pasar dengan persaingan sempurna. Dalam hal ini , harga pasar mencerminkan biaya opurtunitas divisi penjual dan divisi pembeli. Apabila barang antara di produksi dalam pasar yang bersaing tidak sempurna ,
2.      berdasarkan biaya harga tranver negosiasi adalah pilihan terbaik. Dalam hal ini, biaya opurtunitas divisi penjual dan divisi pembeli berbeda dan mereka menetapkan harga batas atas dan batas bawah untuk harga tranver. Dan
3.      Penggunaan harga transver berdasarkan biaya adalah tidak lazim direkomendasikan namun apabila transver menimbulkan dampak yang kecil terhadap profitabilitas perusahaan pendekatan ini dapat di terima. Sebagai tambahan, rumus-rumus penetapan harga berdasarkan biaya mungkin bermanfaat apabila ditetapkan melalui proses negosiasi.